PULOMERAK – Sejak dua bulan lalu pengelolaan Pantai Kelapa Tujuh di
Kelurahan Suralaya, Kecamatan Pulomerak, dialihkan dari Karang Taruna
Suralaya kepada Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Forum Masyarakat
Pecinta Lingkungan (FMPL). Pengalihan itu diduga karena pengurus Karang
Taruna Suralaya kurang aktif mengelola pantai milik PT Indonesia Power
tersebut.
Ketua LSM FMPL Arif Rahman membenarkan bahwa sudah mengambil alih pengelolaan Pantai Kelapa Tujuh. Menurutnya, yang memberikan kuasa pengelolaan itu adalah Lurah Suralaya Eman Sulaeman. “Sebenarnya kita bukan mengambil alih, tapi diberikan mandat oleh Pak Lurah untuk mengelola pantai. Selain itu, kami sebagai bagian dari warga Suralaya juga merasa terpanggil untuk mengelola pantai itu lebih profesional,” kata Arif, Minggu (16/10).
Menurutnya, LSM FMPL adalah lembaga kemasyarakatan yang bergerak dalam bidang pelestarian lingkungan. Arif menyatakan, LSM yang ia pimpin tidak hanya mengurus pantai. Lebih dari itu, pihaknya juga konsen terhadap penghijauan lingkungan dan pegunungan di Suralaya. “Kami berdiri sebelum diberikan kuasa mengelola pantai, sebelumnya kami sudah sering bekerja sama dengan perusahaan dalam menyalurkan dan menanam pohon di pegunungan Suralaya,” ungkapnya.
Arif meyakini, lembaganya mampu mengelola Pantai Kelapa Tujuh menjadi lebih profesional. Dalam dua bulan pertama, Arif mengaku sudah menggelar pertemuan dengan konsultan dari Universitas Mathlaul Anwar Pandeglang untuk mengembangkan pantai tersebut. “Ke depan kita akan memagari pantai agar terpisah dengan kompleks perumahan milik karyawan, selain itu juga sudah ada investor yang akan melengkapi pantai dengan fasilitas permainan anak,” katanya.
Mantan Ketua Karang Taruna Suralaya Mahfud saat dikonfirmasi membenarkan jika Pantai seluas dua hektare itu sudah diambil alih pengelolaannya dari Karang Taruna ke LSM FMPL. Meski demikian, ia menampik tuduhan bahwa diambil alihnya pengelolaan pantai itu dikarenakan kurang aktifnya Karang Taruna. “Bukan karena kita tidak aktif, tapi di Karang Taruna sedang ada kekosongan kepengurusan karena pengurus lama sudah habis periode kepengurusannya,” ungkapnya.
Mahfud tidak mempermasalahkan pengambilalihan pengelolaan pantai itu asalkan pengurus baru benar-benar profesional. Kata dia, jika diurus secara profesional, pantai tersebut menjanjikan bagi warga Suralaya karena tingkat kunjungannya yang tinggi saat musim liburan. “Kalau lagi liburan bisa sampai 10 ribu pengunjung per hari, tapi kalau hari biasa yang ramai hanya saat akhir pekan,” katanya. (ibm/lse/zen)
Ketua LSM FMPL Arif Rahman membenarkan bahwa sudah mengambil alih pengelolaan Pantai Kelapa Tujuh. Menurutnya, yang memberikan kuasa pengelolaan itu adalah Lurah Suralaya Eman Sulaeman. “Sebenarnya kita bukan mengambil alih, tapi diberikan mandat oleh Pak Lurah untuk mengelola pantai. Selain itu, kami sebagai bagian dari warga Suralaya juga merasa terpanggil untuk mengelola pantai itu lebih profesional,” kata Arif, Minggu (16/10).
Menurutnya, LSM FMPL adalah lembaga kemasyarakatan yang bergerak dalam bidang pelestarian lingkungan. Arif menyatakan, LSM yang ia pimpin tidak hanya mengurus pantai. Lebih dari itu, pihaknya juga konsen terhadap penghijauan lingkungan dan pegunungan di Suralaya. “Kami berdiri sebelum diberikan kuasa mengelola pantai, sebelumnya kami sudah sering bekerja sama dengan perusahaan dalam menyalurkan dan menanam pohon di pegunungan Suralaya,” ungkapnya.
Arif meyakini, lembaganya mampu mengelola Pantai Kelapa Tujuh menjadi lebih profesional. Dalam dua bulan pertama, Arif mengaku sudah menggelar pertemuan dengan konsultan dari Universitas Mathlaul Anwar Pandeglang untuk mengembangkan pantai tersebut. “Ke depan kita akan memagari pantai agar terpisah dengan kompleks perumahan milik karyawan, selain itu juga sudah ada investor yang akan melengkapi pantai dengan fasilitas permainan anak,” katanya.
Mantan Ketua Karang Taruna Suralaya Mahfud saat dikonfirmasi membenarkan jika Pantai seluas dua hektare itu sudah diambil alih pengelolaannya dari Karang Taruna ke LSM FMPL. Meski demikian, ia menampik tuduhan bahwa diambil alihnya pengelolaan pantai itu dikarenakan kurang aktifnya Karang Taruna. “Bukan karena kita tidak aktif, tapi di Karang Taruna sedang ada kekosongan kepengurusan karena pengurus lama sudah habis periode kepengurusannya,” ungkapnya.
Mahfud tidak mempermasalahkan pengambilalihan pengelolaan pantai itu asalkan pengurus baru benar-benar profesional. Kata dia, jika diurus secara profesional, pantai tersebut menjanjikan bagi warga Suralaya karena tingkat kunjungannya yang tinggi saat musim liburan. “Kalau lagi liburan bisa sampai 10 ribu pengunjung per hari, tapi kalau hari biasa yang ramai hanya saat akhir pekan,” katanya. (ibm/lse/zen)
Sumber: http://www.radarbanten.com